KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENERAPAN STRATEGI MANAJEMEN BISNIS WHITE LABEL (LABEL POLOS)

Jika kita sedang berbelanja di ritel-ritel modern sekelas supermarket atau hypermarket, maka seringkali kita menemukan adanya produk-produk yang seperti air minum dalam kemasan, tissue, makanan ringan, gula dan berbagai macam jenis produk lainnya dengan label merek dari supermarket tersebut. Apakah benar bahwa supermarket tersebut juga sudah mampu untuk memproduksi tissue, gula, atau produk makanan-makanan ringan sendiri dan memasarkannya dengan label dari mereka sendiri?

Sebenarnya Apa Sih yang Dimaksud Dengan Produk White Label itu?

Manajemen bisnis white label merupakan sebuah bisnis yang dijalankan dengan cara memberikan merek pada sebuah atau beberapa jenis produk tertentu yang mana produk tersebut sebenarnya telah dihasilkan oleh perusahaan lain.

Pada awalnya ada perusahaan yang sudah memproduksi suatu produk, misalnya sirup dalam jumlah yang sangat besar namun tanpa memberikan merek atau label apapun pada produk yang sudah dibuatnya tersebut. Produk yang tanpa label atau merek inilah yang kemudian akan dijual kepada satu atau beberapa perusahaan pembeli, yang mana perusahaan pembelilah yang kemudian akan memberikan merek sendiri dan benar-benar menjualnya secara langsung kepada para konsumen akhir (misalnya dengan merek Giant, Alfamart, Indomaret, dan lain sebagainya).

Seperti Apa Kelebihan Manajemen Bisnis White Label Ini?

Misalnya saja ada perusahaan, sebut saja PT. YX yang telah memproduksi sabun cuci dan ingin menjual produk tersebut sebanyak-banyaknya. Namun PT YX ini hanya membuat sabun cuci tanpa memasang merek atau white label (menjual produk tanpa adanya merek apapun). Kemudian Alfamart merasa tertarik untuk membelinya, demikian pula dari pihak Indomaret, keduanya sama-sama memiliki minat untuk membelinya.

Sehingga pada setiap masing-masing outlet akan selalu ada sabun cuci yang sudah diproduksi oleh PT YX, namun hanya saja mereka menggunakan nama brand atau merek dari kedua perusahaan raksasa minimarket tersebut, yaitu Alfamart dan Indomaret. Karena menggunakan strategi manajemen bisnis white label (label polos) ini, maka PT YX dapat menjualnya kepada siapa saja tanpa adanya ketentuan-ketentuan atau persyaratan-persyaratan apapun, perusahaan white label dapat dengan bebas menjualnya kepada siapapun dan dari perusahaan apapun. Dan inilah yang menjadi kelebihan utama dalam penerapaan strategi manajemen bisnis white label, yang mana produk yang sama dapat dijual secara bebas kepada siapapun dan dalam jumlah yang sangat besar tanpa adanya batasan dan keterikatan apapun dalam proses penjualannya.

Lalu Apa yang Menjadi Keterbatasan/Kekurangan Dari Penerapan Strategi Manajemen Bisnis White Label Ini?

Meskipun sebuah produk dapat dijual secara bebas dan dalam jumlah yang sangat besar dengan jangkauan pemasaran yang jauh lebih luas, namun bisnis seperti ini juga masih memiliki beberapa keterbatasan, seperti:

1. Produk Menjadi Tidak Lagi Spesial.

Pada contoh dari produk sabun cuci diatas, PT. YX bisa menjual kepada 50 bahkan bisa kepada lebih banyak lagi perusahaan/retailer-retailer modern/tradisional apapun, baik yang sifatnya adalah waralaba maupun mandiri. Bagi para konsumen yang merasa senang untuk menggunakan produk-produk tersebut, baik dari Alfamart maupun Indomaret, maka mereka akan merasakan bahwa produknya adalah sama saja, tidak ada sedikitpun yang membedakan dari kedua raksasa minimarket tersebut. Tujuan dari manajemen bisnis white label seperti ini adalah untuk menjual produk dalam skala yang sangat besar, namun bukan sebagai sebuah individual branding.

2.Karena Lebih Bersifat White Label (Label Polos) Maka Tidak Ada Sedikitpun Loyalitas Dari Para Konsumen.

Alasannya sudah sangat jelas, yaitu karena tidak adanya label brand awareness, maka para konsumen tidak ada sedikitpun perasaan loyal dengan produk atau merek tersebut, meskipun sebenarnya mereka sangat senang untuk selalu menggunakan produk tersebut. Seringkali ditemukan bahwa konsumen banyak yang menggunakan produk tersebut dengan adanya sebuah pertimbangan, yaitu harga yang jauh lebih murah daripada yang sudah memiliki brand. Jika nantinya ada produk-produk lain dengan harga berada jauh di bawah produk tersebut (jauh lebih murah), maka para konsumen akan langsung beralih kepada produk yang lebih murah tersebut tanpa adanya sedikitpun perasaan menyesal telah berpindah kepada brand yang lainnya.

3. Akan Selalu Ada Persaingan Harga yang Tidak Sehat.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu tujuan dari manajemen bisnis white label ini adalah untuk menjual barang sebanyak-banyaknya. Mereka hanya lebih berfokus kepada penjualannya saja, tanpa memperhatikan kualitas (pengembangan inovasi) dari produk, dan brand atau mereknya. Ketika kondisi dan keadaan pasar sudah mulai jenuh dengan keberadaan dari produk tersebut, maka harga juga akan menjadi semakin lebih kompetitif yang mengakibatkan terjadinya persaingan harga untuk jenis barang-barang yang sama.

Nah, sekarang mungkin Anda sudah mengerti bukan. Atau paling tidak sudah sedikit memahami dan memiliki gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dimaksud dengan strategi manajemen bisnis white label. Semoga bisa bermanfaat bagi Anda sekalian, apabila pembaca membutuhkan pembimbingan dalam manajemen ritel, pembuatan SOP ritel modern dan system informasi manajemen ritel modern, silahkan hubungi groedu@gmail.com atau kontak 081-8521172 atau 081-252-982900. Kami siap membantu!