5 CARA MENGINTEGRASIKAN STRATEGI OFFLINE DAN ONLINE UNTUK MAKSIMALISASI PENJUALAN

Perkembangan pesat pemasaran online akibat pandemi tidak serta-merta mematikan peran pemasaran offline. Konsumen modern, yang terhubung secara intensif dan memiliki daya beli tinggi, menginginkan interaksi dengan merek baik secara daring maupun luring. Oleh karena itu, bisnis perlu memprioritaskan kedua media untuk menumbuhkan konsumen dan mendorong mereka menuju konversi. Selain itu, integrasi strategi pemasaran online dan offline juga berperan dalam menyampaikan pesan yang konsisten, membangun kepercayaan, dan menciptakan identitas merek yang kuat.

Untuk memahami lebih dalam bagaimana perubahan perilaku konsumen menuntut integrasi strategi online-offline dalam mendorong konversi yang lebih baik, mari kita telaah lebih lanjut.

Baca juga : 7 alasan omni channel adalah hal penting untuk bisnis anda

Transformasi Ekspektasi Konsumen

Meskipun awalnya terpaksa berbelanja online selama pandemi, konsumen kini telah terbiasa dengan kemudahan berbelanja dari rumah. Akibatnya, perilaku dan preferensi konsumen pun bertransformasi.

Salah satu perubahan signifikan adalah menurunnya loyalitas merek. Studi menunjukkan bahwa 75% konsumen mengubah perilaku belanja mereka, mengutamakan kenyamanan dan nilai daripada faktor lainnya. Munculnya model bisnis langsung ke konsumen (D2C) merupakan salah satu penyebabnya. Selama pandemi, banyak merek D2C bermunculan, menawarkan posisi unik di pasar. Hal ini mendorong konsumen untuk berbelanja langsung dari merek, bukan melalui distributor. Saat ini, 55% konsumen lebih memilih membeli langsung dari produsen daripada pengecer multi-merek. Keuntungan bagi konsumen dalam model D2C meliputi harga yang lebih rendah dan informasi produk yang lebih lengkap.

Perubahan lain adalah meningkatnya ekspektasi personalisasi. Riset menunjukkan bahwa 70% konsumen bersedia berbagi data untuk pengalaman yang lebih personal, sementara 72% hanya terlibat dengan pesan yang dipersonalisasi. Angka-angka ini menegaskan pentingnya personalisasi bagi konsumen. Personalisasi tidak hanya sekadar iklan, tetapi juga membangun hubungan yang autentik dengan setiap pelanggan. Meskipun sebelumnya personalisasi terbatas pada segmentasi audiens berdasarkan perilaku atau data untuk menyampaikan pesan yang relevan melalui email, perkembangan teknologi kini memungkinkan personalisasi menyeluruh, mulai dari tahap penumbuhan prospek hingga pengalaman pasca pembelian.

Kualitas di Atas Segalanya

Pada masa-masa awal e-commerce, ketika konsep belanja online masih terbilang baru, merek-merek kerap menawarkan produk dengan harga rendah sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Namun, seiring semakin populernya e-commerce, konsumen mulai lebih menghargai kualitas daripada harga. Konsumen saat ini menuntut pengalaman yang lebih baik, termasuk pemasaran ulang yang personal, layanan pelanggan 24/7, dan pengiriman yang cepat.

Bagaimana Merek E-commerce Dapat Beradaptasi dengan Perubahan Ini?

Langkah pertama adalah memenangkan kepercayaan konsumen. Meskipun menawarkan produk berkualitas tinggi adalah cara utama untuk memikat konsumen, aktivitas pemasaran berperan penting dalam menentukan apakah seorang pengguna akan memilih untuk berinteraksi dengan merek Anda atau tidak. Oleh karena itu, merek perlu mengadopsi pemasaran omnichannel yang berpusat pada pelanggan untuk memberikan pengalaman yang seamless di semua titik kontak. Titik kontak di sini mencakup online (website, media sosial, iklan) dan offline (toko fisik, brosur, flyer).

Baca juga : strategi omni channel untuk distributor yang ingin usahanya langgeng

Integrasi Strategi Pemasaran Online dan Offline: Implementasi Praktis

Setelah memahami pentingnya integrasi, langkah selanjutnya adalah menerapkannya secara efektif. Berikut beberapa cara untuk mengintegrasikan strategi pemasaran online dan offline guna meningkatkan konversi:

1. Peningkatan Keterlibatan Acara

Alih-alih menggunakan saluran pemasaran online dan offline secara terpisah, sebaiknya gunakan keduanya secara sinergis. Salah satu caranya adalah memanfaatkan media online untuk mempromosikan acara offline. Misalnya, menciptakan kehebohan untuk peluncuran kampanye televisi besar dengan membagikan cuplikan dan teaser di media sosial atau membuat penghitung waktu mundur di situs web. Selain menciptakan antusiasme, hal ini juga meningkatkan kemungkinan konsumen memperhatikan iklan saat ditayangkan. Alternatifnya, menayangkan iklan televisi dan radio untuk mendorong konsumen offline mengunjungi situs web untuk mengikuti acara atau promosi online. Dengan menyebarkan pesan melalui media offline dan online, jangkauan audiens dapat diperluas dan anggaran pemasaran dapat digunakan secara efektif.

2. Integrasi Data Online dan Offline

Ketika penjualan dilakukan melalui saluran online dan offline, data dikumpulkan dari kedua media. Namun, karena aktivitas pemasaran dan penjualan offline dan online seringkali dikelola oleh departemen terpisah, informasi cenderung disimpan di lokasi yang berbeda, mengakibatkan terbentuknya silo data. Silo data tidak hanya menciptakan hambatan dalam berbagi informasi tetapi juga mengurangi kolaborasi antar departemen. Akibatnya, pesan yang terputus-putus membingungkan konsumen, mengurangi efisiensi pemasaran, dan melemahkan ekuitas merek. Oleh karena itu, penting untuk menghilangkan silo data dan menyimpan data pelanggan di satu tempat terpusat untuk mendapatkan pandangan holistik tentang pelanggan dan memahami kebutuhan mereka dengan lebih baik. Ketika semua data disimpan dalam satu tempat, dimungkinkan untuk memahami interaksi online mana yang menghasilkan penjualan offline dan sebaliknya, menemukan aktivitas yang mendorong pendapatan, serta memastikan pengalaman pelanggan yang konsisten.

3. Menjaga Konsistensi Merek

Penting untuk memastikan bahwa kampanye pemasaran fisik selaras dengan yang digital dan mencerminkan pesan dan bahasa merek yang serupa. Idealnya, situs web merupakan perluasan dari kehadiran fisik. Keterkaitan antara pemasaran online dan offline akan menumbuhkan kepercayaan di kalangan audiens dan mendorong mereka untuk menggunakan kedua saluran untuk berbelanja.

4. Menggunakan Media Sosial untuk Acara Offline

Media sosial dapat digunakan untuk mempromosikan dan meningkatkan interaksi pada acara offline. Pelanggan dapat menggunakan akun media sosial perusahaan untuk berpartisipasi dalam kontes, jajak pendapat, dan berbagi foto selama acara. Ini membantu meningkatkan keterlibatan, mengembangkan kehadiran online, dan membuat audiens merasa menjadi bagian dari merek. Hashtag merupakan salah satu cara efektif untuk mencapai hal ini. Hashtag yang menarik menjadi bagian dari aset merek dan memudahkan pelanggan menemukan serta bergabung dalam percakapan online tentang acara dan kampanye yang mereka ikuti secara offline.

5. Dorong Pelanggan Offline untuk Beralih ke Online

Sama seperti mendorong pelanggan online untuk berpartisipasi dalam acara offline, Anda juga harus memotivasi pelanggan offline untuk terhubung dengan merek Anda secara online. Hal ini dapat dilakukan dengan menyertakan handle media sosial dan URL situs web Anda pada struk pembelian dan spanduk. Anda juga dapat menawarkan diskon di toko bagi pengguna yang telah membagikan postingan Anda atau mengunduh aplikasi Anda.

Kesimpulan

Integrasi strategi pemasaran online dan offline menghasilkan pengalaman pelanggan yang lebih mulus, jangkauan pasar yang lebih luas, dan keterlibatan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak lead. Selain itu, hal ini juga meningkatkan familiaritas dan kesadaran merek serta membantu Anda menonjol dari persaingan.