”Sebenarnya masalah pintar atau tidaknya seseorang bukan menjadi jaminan seseorang bisa menjadi kaya. Intisarinya ”bagaimana ia bisa menghargai jerih payahnya” kalau sudah tidak menghargai jerih payahnya pada umumnya orang kurang mengontrol pengeluarannya.”
-Frans M. Royan –
Kalau komisi tidak usah ditabung tetapi langsung untuk membayar cicilan, maka gaji bisa disisihkan untuk tabungan. Bagaimanapun caranya, meskipun selama ini kita tidak bisa menabung, kita tetap harus mengusahakan bisa menabung. Menabung bukan saja sebagai cara-cara kita berjaga-jaga, tetapi sebenarnya memiliki tujuan untuk menggelembungkan kekayaan. Kalau rajin menabung dan menaruh uang hasil tabungan di tempat yang benar, keuntungan pasti di pihak penabung. Sekarang ini jenis tabungan beraneka ragam. Ada tabungan yang sekaligus memberikan proteksi kesehatan, kematian, biaya pendidikan atau ketika terjadi resiko lainnya.
Meskipun sudah tahu manfaatnya, tetapi masih banyak pula orang tidak bisa menabung dari gajinya. Gaji yang didapat seolah mengalir seperti air. Tidak hanya orang yang bergaji pas-pasan yang memiliki alasan seperti ini, tetapi salesman dengan penghasilan tinggipun juga tidak bisa menabung. Apa yang menyebabkan semua ini? Tentunya bukan dari besar kecilnya gaji yang didapat oleh para penjual, tetapi bagaimana penjual itu dapat mengelolah gajinya sedemikian rupa supaya bisa disisihkan untuk tabungan. Di bawah ini ada suatu kisah yang sangat menarik mengenai atasan dan bawahan.
Seorang atasan tiba-tiba memanggil anak buahnya. Anak buahnya merasa ketakutan, sebab sekarang ini sedang maraknya orang di-PHK, apalagi perusahaan dimana ia bekerja sedang mengadakan perampingan karena penjualan produk turun drastis akibat pasokan dari pabrikan kurang memenuhi quota. Para penjual bekerja berdasarkan produk yang ada di gudang dan tidak seagresif sebelumnya. Kondisi ini bagi salesman yang kaya merupakan kerugian, oleh sebab itu bagi mereka yang memiliki kewajiban ”mencicil” rumah, tanah serta lainnya segera mencari pekerjaan baru. Atau sumber penghasilan baru yang selama ini tidak dipikirkan.
Begitu pula dengan bawahan yang sedang dipanggil itu, ia merasa takut ”dipecat” karena sekarang ini ia memiliki kewajiban mencicil rumah yang baru dibelinya, sepeda motor yang dipakainya, serta cicilan tanah yang kurang 2 kali cicilan. Di rumah istrinya sudah diberdayakan untuk menambah penghasilan dengan cara membuka toko makanan ringan untuk anak-anak. Ia ketika dipanggil pikirannya sudah melayang kalau mau dipecat, sehingga sedetik kemudian ia sudah merencanakan jika hal itu benar-benar terjadi.
Ketika sudah berada di hadapan pimpinannya, seorang sales manager yang juga pegawai di perusahaan itu, keringat dinginnya mengucur deras dari dahinya. Atasan salesman itu merasa heran juga dengan bawahannya karena tidak seperti biasanya. Ketika suara atasannya terlontar, jantung ia seperti copot mendengarnya. ” Iya…iya…pak!” ” kau jangan gugup! Tenang-tenang….” katanya dan lanjutnya ”Kenapa kau kupanggil di ruangan ini?” ” he…sa..saya mau dipecat pak?!!” Atasannya kemudian tertawa ngakak. Melihat tingkah laku anak buahnya yang ketakutan itu, ia kemudian menenangkan. ” Bukan…kau salah. Mana ada perusahaan memecat karyawan terbaiknya.” kata atasannya itu lembut. ” Ohhh…” salesman itu melongo dan mulai tenang.” Iya, pak….kira-kira keperluannya apa?”
Sekarang yang menjadi cemas bukan lagi anak buahnya tetapi atasannya. Ia mengerutkan dahinya dan mencoba berpikir serius. Singkat kisah, atasan salesman tersebut ternyata sedang mengagumi dirinya. Meskipun dengan penghasilan yang jauh lebih kecil darinya, tetapi anak buahnya bisa menggunakan uangnya untuk berbagai investasi. Ia bercerita bahwa sampai hari ini, ia masih belum punya rumah dan rumah yang ditinggali sekarang ini statusnya sebagai rumah kontrakan. Kalau dibanding dengan salesman itu kekayaannya sangat jauh. Inilah yang menjadi pemikirannya. Ia bukannya iri hati dan dengki dengan bawahannya, tetapi ia malah angkat topi dan ingin tahu rahasianya, bagaimana caranya sehingga anak buahnya itu lebih kaya darinya.
Anak buahnya malah ketakutan ditanya seperti itu. Ia berpikir, jangan-jangan atasannya akan bertindak sebagai orang KPK. Tapi kemudian ia pasrah dan mau menjelaskan semuanya pada atasan, dan ia memiliki keyakinan tidak akan terjadi apa-apa sebab semua kekayaannya diperolehnya dengan halal. Ia kemudian menceritakan kiat-kiatnya. Pertama, tentunya ia sangat hemat. Kalau semua teman-teman makan di warung-warung makan, ia selalu membawanya dari rumah. Begitu pula pengeluaran rumah tangga dibuat sehemat mungkin. Di halaman rumah ia menanami sayur-sayuran dan tanaman obat dan memanfaatkan halaman itu untuk mengurangi pengeluaran. Kedua, membuat pos-pos pengeluaran yang sangat terperinci. Ia mencatat apa saja yang dibayarnya. Sehingga setelah gajian ia langsung membagi uangnya untuk pos-pos pengeluaran seperti air, listrik, telepon, les anak-anak, buku, uang sekolah, cicilan rumah, cicilan motor serta lain-lain yang dibayarnya. Ketiga, tidak ke Mall di hari sabtu dan minggu. Istrinya disarankan berbelanja di pasar tradisional, bukan di supermarket, meskipun sekali-kali dilakukan tetapi frekuensinya yang paling banyak adalah ke pasar tradisional. Keempat, menabung uang sisa kembalian, tidak perduli sisa kembalian apa saja langsung dimasukan dalam celengan tanah liat. Meskipun ini sudah umum namun apa yang dibuatnya bisa memberikkan hasil. Seperti uang mukanya sepeda motor yang dipakainya sekarang ini merupakan hasil menabung di celengan.
Atasannya termangu-mangu. Pemikiran anak buahnya ternyata lebih masuk akal dibanding dirinya. Ia tidak melakukan apa yang dilakukan anak buahnya. Ia selalu memberikan bimbingan penjualan ke anak buah, tetapi ia kurang memahami hal ini. Memang tidak masuk akal seorang atasan bisa dikalahkan oleh anak buah. Namun fakta membuktikan bahwa banyak atasan yang berpikir lebih maju, tetapi kurang mengontrol pengeluaran. Gaji yang didapatnya besar tetapi pengeluarannya juga besar. Kadang seringkali orang yang bergaji besar kurang menghargai jerih paya, sementara itu orang yang bergaji kecil justru menghargai jerih paya. Sebenarnya masalah pintar atau tidaknya seseorang bukan menjadi jaminan seseorang bisa menjadi kaya. Intisarinya ”bagaimana ia bisa menghargai jerih payahnya” kalau sudah tidak menghargai jerih payah pada umumnya orang kurang mengontrol pengeluarannya.
Mengapa tidak bisa menabung?
Mengapa tidak bisa menabung? Sebenarnya merupakan penyakit yang lebih ganas dari kanker. Kalau kebiasaan ini mendarah daging maka niscaya kesulitan keuangan akan mendera sepanjang hidup. Bahkan orang-orang yang terbelit hutang landasan dasarnya karena mereka tidak sadar pada kegiatan menabung. Jika aktivitas menabung ini terus dipupuk, maka keinginan untuk berhutang lebih kecil dibanding yang tidak bisa menabung. Berhutang boleh-boleh saja selama uang dari hasil hutang itu digunakan untuk membiayai pembelian barang investasi, tetapi jika mendapatkan hutang demi kebutuhan yang bersifat konsumtif, ini sangat berbahaya! Jika macet hutang itu tidak bisa dilunasi dengan barang yang dibelinya, karena nilai dari barang yang dibelinya nilainya jauh merosot dibanding pertama kali membeli. Berbeda jika berhutang untuk kebutuhan investasi. Pada saat mengalami resiko macet, maka barang investasi kalau dijual nilainya lebih tinggi dibanding pertama kali membelinya.
Sebenarnya biang keladi tidak bisa menabung ini disebabkan oleh pengeluaran tidak terencana, tidak mau mencatat pengeluaran, membeli barang-barang konsumtif serta adanya kewajiban yang lebih besar dari penghasilan. Anda tentu seringkali menegur seorang istri yang tiba-tiba membeli barang yang menurut anda tidak dibutuhkan, tetapi istri anda tetap membelinya meskipun harganya mahal. Sesampai di rumah barang-barang itu ditimang-timang sayang oleh istri anda. Barang-barang yang dibeli oleh kaum hawa ini biasanya peralatan dapur, baju, serta barang lainnya. Barang dapur seperti panci satu set yang ukurannya mulai besar sampai kecil. Teflon yang ukurannya besar sampai kecil. Mereka memiliki koleksi itu, tetapi berada dalam gudang. Benar saja, mereka kan wanita karier, jadi tidak punya waktu dan selain tidak bisa masak. Ini sering terjadi dan membuat gudang rumah anda penuh.
Pembelian barang-barang yang akhirnya tidak digunakan itu seringkali terjadi tanpa direncanakan sama sekali. Anggaran rumah tangga seperti untuk membeli beras, lauk pauk, bayar anak sekolah, bayar listrik, PDAM dan telepon disalurkan ke tempat yang salah. Setelah hal ini dilakukan maka tidak jarang untuk menutup anggaran rumah tangga, istri mulai berhutang ke pegadaian, ke bank dengan menggesek kartu kredit serta berhutang di tempat lainnya. Kalau mau diteliti, sebenarnya pembelian tidak terencana itu untuk kebutuhan barang konsumtif. Pada akhirnya jika tidak terselesaikan hutang-hutang itu maka ia akan terlilit hutang. Inilah yang menyebabkan orang tidak bisa menabung. Maka hindarilah membeli barang konsumtif yang tidak direncanakan!
Tidak pernah mau mencatat pengeluaran juga menyebabkan orang tidak bisa menabung. Kalau ada uang jika tanpa mencatat apa yang dibutuhkan cenderung akan ”kelewatan” dan membuat anggaran berbelanja selama sebulan itu tidak cukup akibat membeli barang lain diluar catatan. Sekarang ini perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk berupaya bagaimana konsumen tertarik membeli produknya meskipun tidak direncanakan. Program perusahaan adalah program impulse buying. Anda bisa melihatnya di supermarket maupun hypermarket, dimana produk-produk di display sedemikian bagusnya. Oleh sebab itu para penjual harus sadar, jangan sampai program yang anda buat itu menyesatkan istri-istri anda di rumah.
Adanya kewajiban yang lebih besar dari penghasilan ini juga menyebabkan ketidak seimbangan antara pemasukan dan pengeluaran, sehingga keuangan menjadi minus. Para penjual yang tidak bisa menabung bukan karena penghasilannya kecil, tetapi seberapa banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan hidup dan kewajibannya. Membayar cicilan motor saja sudah merupakan kewajiban. Jadi kalau bisa kewajiban tidak lebih dari 30% penghasilan total. Tentunya supaya anda bisa menabung!
Mengapa harus menabung?
Seringkali anak kita bertanya: untuk apa sih menabung? Terutama ketika ia diajari oleh ayah atau ibunya untuk menabung. Jawaban kita pasti ”supaya uang kita banyak”. Menabung bukan supaya uang kita banyak saja yang menjadi tujuan, tetapi tujuan yang benar adalah untuk berjaga-jaga agar ketika terjadi resiko, kita masih memiliki biaya untuk hidup. Para penjual umumnya bekerja tidak hanya bertahan di satu perusahaan. Sesuai dengan kenyataannya mereka adalah orang-orang yang mobilitasnya tinggi dan sering pindah-pindah perusahaan. Ketika dalam masa pencarian, penjual memiliki waktu tunggu yang tentunya membutuhkan biaya. Kecuali langsung pindah dan bekerja di tempat lain, maka untuk biaya hidup tidaklah menjadi masalah. Tapi kalau memiliki masa tunggu yang lama jika tidak ada tabungan untuk berjaga-jaga, maka sulitlah hidup seorang salesman. Ia bakalan akan pinjam uang sana sini!
Selain untuk keperluan berjaga-jaga, menabung sebenarnya memiliki tujuan berinvestasi. Misalnya saja, penjual mencicil uang muka rumah yang dibelinya dengan gaji yang diperolehnya. Membeli rumah adalah tujuan investasi. Atau sebesar 30% dari gaji digunakan untuk membayar cicilan. Cicilan itu bisa jadi dibayar dari hasil menabung sisa biaya operasional selama sebulan. Bukankah hal itu sama dengan menabung, tetapi langsung untuk membeli benda berharga yang akan bernilai tinggi di tahun yang akan datang? Atau menabung dari gaji dengan cara menyisihkan lebih awal untuk pembayaran cicilan rumah, nah..tindakan untuk mencicil benda investasi ini merupakan tindakan untuk mendapatkan kenaikan nilai dari investasi.
Serta yang paling penting, menabung adalah suatu tindakan untuk mengontrol pengeluaran. Orang menabung dengan sendirinya akan berpikir banyak mengenai uang yang akan dikeluarkan. Ia jika memiliki tujuan yang kuat untuk menabung, tentunya pembelian barang-barang yang belum penting akan ditunda. Nah, tindakan ini membuat seorang salesman berusaha keras mengontrol pengeluarannya. Seperti keharusahan menabung di awal, maka ketika ia memiliki dana terbatas akan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.
Rupa-rupa cara menabung
Menabung ini sebenarnya memiliki sejarah yang panjang. Orang-orang primitif selalu menyimpan persediaan makanan menjelang musim dingin. Menyimpan persediaan makanan ini merupakan konsep menabung seperti yang kita ulas sebelumnya. Kalau orang primitip belum mengenal uang, maka jalan satu-satunya ia akan membarter barang miliknya dengan orang lain. Konsep menabungnya, yaitu menimbun makanan untuk berjaga-jaga dimasa musim dingin. Begitu pula yang dilakukan oleh petani, ia akan menyimpan padinya di dalam lumbung. Tujuannya apa? Ketika musim paceklik tiba petani akan tetap memiliki persediaan makanan.
Nah, konsep ini kemudian diubah, yang ditabung bukan barang tetapi uang yang bisa digunakan sebagai alat tukar. Di zaman orang masih harus membarter barangnya dengan barang yang diinginkan, ia hanya menabung barang. Sedangkan di masa modern ini yang ditabung adalah uang yang dimilikinya. Para penjual mestinya masih ingat dimana orang tua kita biasanya menabung sebelum ada bank seperti sekarang ini? Orang menabung di celengan tanah liat, di tiang bambu rumahnya dan di bawah tempat tidur.
Menabung di celengan tanah liat sejak penulis kecil sudah ada. Orang tua kita biasanya akan membelikan celengan Punakawan berbentuk seperti Semar, Petruk, Bagong dan Gareng. Celengan tanah liat ini kalau sudah penuh kemudian dipecahkan dengan cara membantingnya di lantai dan kita semua kemudian bertepuk tangan. Kalau celengan itu adalah celengan bersama maka kita akan menghitungnya ramai-ramai. Atau kalau tidak ada celengan tanah liat, bisa menggunakan celengan plastik atau celengan kaleng. Sekarang ini banyak pabrik yang memproduksi berbagai celengan yang bagus-bagus. Bahkan beberapa industri menggunakan celengan ini sebagai hadiah produk. Jika membeli produk tersebut dalam jumlah tertentu, maka konsumen berhak mendapatkan celengan. Penggunaan celengan semakin luas. Namun sayangnya kalau menggunakan celengan ini uang yang kita miliki tidak menganut time value of money. Nilai sekarang dan besuk tetap sama seperti nominalnya, artinya kalau ditarik lima tahun ke belakang uang sebesar itu sudah bisa dibuat membeli emas 1 gram, tetapi sekarang tidak bisa. Uang tidak berkembang dan mendapat bunga.
Ada pula yang menabung di tiang bambu rumah. Pada saat itu rumah petani kebanyakan terbuat dari bambu. Karena rumah bisa dengan mudah diobok-obok oleh pencuri, maka menyimpan uang di tiang pancang rumah yang terbuat dari bambu resikonya bisa diatasi. Tidaklah mungkin maling akan mencuri dengan membawa rumah petani itu sekalian.
Selain menyimpam di tiang bambu, orang juga menyimpan uangnya di bawah tempat tidurnya. Nenek seorang teman yang baru saja meninggal ternyata memiliki tabungan yang cukup besar yang disimpannya di bawah tempat tidur. Keluarga teman saya tidak tahu sama sekali jika neneknya itu memiliki celengan. Setelah nenek itu meningal, tempat tidurnya dibongkar, dan mereka terkejut dengan jatuhnya uang ke lantai beserta emas lempengan yang bunyinya sampai menggerincing. Orang kuno kalau menyimpan barangnya begitu rapi sehingga baru ketahuan setelah meninggal. Menabung dengan cara ini sebenarnya penuh resiko disamping tidak mendapatkan bunga. Namun emas yang disimpannya itu ketika dijual mengikuti harga pasar meskipun ketika membeli harganya murah.
Menabung yang paling aman adalah menabung di bank. Pihak bank akan menjamin keselamatan uang nasabah. Bank memiliki sistem pertahanan yang canggih. Memiliki tempat uang yang aman, komputer diberi pass word, dan dijamin oleh bank Indonesia. Jika terjadi apa-apa seperti bank dilikuidasi, maka penjual akan tetap diperhatikan sesuai dengan kode etik perbankan. Ada dua bentuk tabungan di bank. Pertama, tabungan umum yaitu tabungan yang setiap saat bisa diambil dan mendapatkan bunga. Kedua, tabungan dalam bentuk deposito. Tabungan ini sama seperti tabungan pada umumnya yang mendapatkan bunga, namun bunganya lebih tinggi dibanding tabungan biasa. Tabungan ini memiliki jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan bahkan setahun, sehingga tabungan ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu. Jika terpaksa bisa diambil tetapi nasabah akan dikenakan denda sesuai aturan main yang berlaku di bank. Deposito itu sendiri ada dua macam, pertama deposito berjangka yaitu deposito yang mencantumkan nama pemiliknya. Deposito ini sering juga disebut dengan deposito atas nama. Kedua, sertifikat deposito yaitu deposito yang tidak mencantumkan nama anda sebagai pemiliknya. Deposito ini disebut juga dengan deposito atas unjuk. Dengan demikian, siapapun pemegang sertifikat ini, ia bisa mencairkannya ketika jatuh tempo.
Ide menabung
Kalau menabung dirasakan sangat sulit, maka sebaiknya para salesman mencari cara agar uang yang diperolehnya dari kegiatan penjualan itu tidak lenyap begitu saja seperti ditiup angin. Banyak cara yang membuat kita mau tidak mau harus menabung. Memiliki kewajiban mencicil itu sebenarnya adalah suatu cara menabung. Seperti membeli rumah, orang dipaksa menabung dengan cara membayar angsurannya. Selain tujuan menabung dengan mencicil rumah, sebenarnya ia telah berinvestasi.
Menabung yang efektif lainnya adalah dengan cara menyisihkan terlebih dahulu gaji yang telah diperoleh itu beberapa persen untuk tabungan. Misalnya gaji anda 1 jutaan dan anda menginginkan menabung 20% dari gaji anda maka anda harus mengambil 200 ribuan dari gaji anda untuk dimasukan ke tabungan. Tentunya jangan dimasukan ke tabungan yang konvensional seperti celengan tanah liat atau lainnya. Seringkali memang orang merasa minder jika memasukan uang tabungan dengan nilai nominal kecil di bank. Nah, jika anda mengalami hal seperti itu sebaiknya gunakan celengan tanah liat terlebih dahulu. Setelah terkumpul banyak, celengan bisa dipecah dan uangnya disetorkan ke bank.
Atau kalau anda mau, terutama bagi yang mendapatkan gaji lewat ATM, sebaiknya bukalah rekening lain. Misalnya kalau rekening gaji anda BCA, maka bukalah rekening lain di BCA dan gunakanlah fasilitas transfer ketika gaji sudah diterima. Melalui cara memisah rekening ini dan tidak mengganggu tabungan sama sekali, hasilnya pastilah baik. Selain mendapatkan bunga, uang anda aman dan terus bertambah. Ini adalah alternatif yang bisa dilakukan bila anda ingin praktis.
Menabung juga bisa menggunakan trik tertentu yang tidak umum dilakukan orang seperti memasukan nilai uang tertentu ke dalam celengan. Anggap saja anda sangat membenci uang nilai 20 ribuan, dan setiap kali anda mendapatkan segera lenyapkan dengan cara memasukan dalam tabungan. Atau pakailah kondisi sebaliknya, anda sangat sayang dengan nilai uang tertentu sehingga kalau melihatnya segeralah masukan dalam celengan. Misalnya anda sangat sayang dengan uang 10 ribuan, setiap kali melihatnya anda langsung memasukan dalam celengan. Benci dan sayang kalau dilakukan pada uang anda bisa menghasilkan nilai tabungan yang sangat luar biasa banyak. Apalagi jika dilakukan sampai puluhan tahun. Tapi ingat jangan sampai anda kelewat, sebab uang yang kita tabung kadang kala ada yang ditarik dari peredaran. Seperti uang seratus ribu dari plastik, sekarang sudah menghilang dan ditarik dari peredaran. Kalau menabung dalam periode lama takut uang anda expired. Kalaupun uang itu bisa di tukar anda butuh waktu untuk datang ke Bank Indonesia.
Ada satu kisah yang menarik menyangkut masalah uang tabungan ini. Kakek saya semasa pendudukan Belanda memiliki usaha sebagai Agen minyak tanah. Uang yang diterima dari konsumen adalah uang Belanda yang bergambar Ratu Yuliana. Kakek saya memiliki kebiasaan menabung uang logam itu hingga mendapatkan berpeti-peti. Ketika temannya memberitahu bahwa uang itu bakalan tidak laku di tanah air dan digantikan dengan uang rupiah, kakek saya menganggap hal itu gurauan semata. Benar setelah bertahun-tahun didiamkan, uang itu akhirnya menjadi uang yang tidak ada harganya. Bahkan ketika penulis kanak-kanak uang yang banyaknya beberapa peti itu dihambur-hamburkan untuk mainan. Sekarang kami sekeluarga juga kecewa, sebab uang itu sebenarnya bisa dijual sebagai koleksi. Namun karena terlanjur dibuang-buang maka uang itupun lenyap tak berbekas. Ini kejadian nyata. Begitu pula dengan obligasi yang dibeli oleh kakek, sampai hari ini tidak ada yang mengurusi. Kabar terakhir dari tante saya obligasi-obligasi itu sudah dibakar habis.
Menabung koin emas juga merupakan suatu cara anda menabung. Koin emas selain memiliki nilai intrinsic juga memiliki nilai extrinsic. Nilai intrinsic-nya adalah nilai dari emas itu sendiri. Anggap saja koin itu dilebur dan dijual maka harganya sesuai dengan harga pasaran. Sedangkan nilai extrinsic-nya adalah nilai koleksi koin emas itu berdasarkan animo penggemar koin emas itu. Ada beberapa koin emas yang bergambar tertentu yang diburu orang dengan harga miliaran rupiah meskipun nilai intrinsic-nya paling hanya ratusan ribu saja. Koin emas di zaman raja-raja juga banyak diburu orang sebagai barang antik yang selain bernilai sejarah juga merupakan koleksi musium dunia. Harganya bisa ribuan bahkan jutaan lipat dari nilai intrinsic-nya.
Sebagai seorang penjual ternyata banyak cara dalam menabung uangnya. Apalagi selain gaji para penjual mendapatkan komisi. Kalau komisi sudah bisa dibuat untuk mencicil suatu kewajiban, maka gaji kalau bisa juga ditabung untuk tujuan berjaga-jaga, investasi dan untuk mengontrol keuangan. Sebagai seorang penjual yang kaya selalu melakukan hal ini, dan hal itu merupakan rahasianya seorang sales yang kaya.