Penggunaan metode analisis BCG menjadi salah satu metode dalam menyusun suatu perencanaan unit bisnis yang lebih strategis dengan cara melakukan pengklasifikasian terhadap potensi keuntungan perusahaan.
Mencoba dalam mengejar pertumbuhan bisnis perusahaan yang jauh lebih tinggi yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya “perang harga” dan dapat semakin menyebabkan terjadinya “kekacauan pasar”. Padahal hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi dan bisa saja untuk dihindari apabila perusahaan bisa lebih cermat dalam mengetahui strategi penjualan produk dan pangsa pasarnya. Karena itu sangat penting dalam mengetahui adanya implikasi strategi produk dan pasar yang berbeda-beda serta kebijakan dalam hal pengembangan produk baru.
Perusahaan yang termasuk multibisnis biasanya akan mengajukan berbagai macam pertanyaan tentang berbagai produk dan unit bisnis yang telah dikelolanya sehingga alam dapat menaikkan keseluruhan kinerja dari perusahaan. Mereka harus mengetahui tentang seberapa banyak waktu dan uang yang harus dianggarkan terhadap produk dan unit bisnis yang paling baik untuk memastikan bahwa keberhasilan mereka harus tetap berlanjut. Sayangnya, terlalu banyak waktu dan uang yang mereka harus anggarkan dalam mengembangkan produk baru ini belum tentu akan sebanding dengan keuntungan yang nanti akan mereka dapatkan.
Salah satu alat bantu dalam mengembangkan strategi perusahaan pada perusahaan multibisnis adalah dengan analisa portfolio. Analisis portfolio yang lebih menempatkan kantor pusat perusahaan pada peran sebagai bankir internal perusahaan. Dalam analisis portfolio, pihak manajemen puncak akan memandang unit bisnis mereka sebagai serangkaian investasi yang diharapkan akan mampu dalam memberikan hasil yang semakin menguntungkan. Unit-unit bisnis inilah yang akan membentuk portfolio investasi yang harus disulap oleh pihak manajemen puncak untuk menjamin hasil yang terbaik dari berbagai investasi-investasi perusahaan. Salah satu konsep pendekatan yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan Matriks BCG.
Lalu Apa itu Matriks BCG?
Matriks BCG (Boston Consulting Group) merupakan sebuah diagram yang telah dibuat oleh Bruce D. Henderson dari Boston Consulting Group pada tahun 1970 agar dapat membantu berbagai perusahaan dalam menganalisis unit bisnis atau cabang/lini dari produk mereka.
Diagram ini menempatkan setiap unit dari bisnis atau produk perusahaan ke dalam suatu matriks yang memiliki dua jenis sumbu, yaitu :
1. Pangsa pasar.
2. Pertumbuhan pasar.
Diagram ini banyak membantu perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya serta merupakan alat bantu analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk, manajemen strategis, dan juga analisis portofolio.
Matriks BCG terdiri dari empat macam sel (2 dari 2) matriks yang digunakan dalam melakukan analisis portofolio bisnis sebagai langkah awal dalam perencanaan strategis yang telah didesain secara spesifik untuk mendorong bisnis perusahaan multidivisi dalam merumuskan strategi tersebut. Matriks BCG merupakan empat kelompok bisnis, yang terdiri dari:
1. Kelompok Bisnis Question Mark (Tanda tanya).
Memiliki posisi pangsa pasar yang relatif lebih rendah, akan tetapi mereka saling bersaing dalam industri yang semakin tumbuh pesat. Bisnis seperti ini disebut dengan bisnis tanda tanya karena organisasinya harus memutuskan apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau hanya untuk pengembangan produk) atau mungkin bisa juga hanya dengan menjualnya saja.
2. Kelompok Bisnis Star (Bintang).
Mewakili untuk peluang jangka panjang terbaik bagi pertumbuhan dan profitabilitas untuk internal organisasi perusahaan. Divisi dengan pangsa pasar yang relatif lebih tinggi dan tingkat pertumbuhan industri yang sangat tinggi seharusnya dapat menerima investasi yang sangat besar agar dapat mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori seperti ini adalah bisa disebut sebagai pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas yang positif bagi keuangan perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak sekali biaya agar dapat memenangkan pasar dan untuk mengantisipasi para pesaingnya.
3. Kelompok Bisnis Cash Cow (Sapi perah).
Dengan memiliki pangsa pasar yang relatif lebih tinggi, namun harus bersaing dalam dunia industri yang pertumbuhannya sangat lambat. Disebut dengan kelompk bisnis sapi perah karena menghasilkan kas yang lebih besar dari yang dibutuhkanya, mereka seringkali harus diperah untuk membiayai sektor usaha yang lainnya. Banyak diantara kelompok bisnis sapi perah saat ini adalah bintang dari masa lalu, divisi sapi perah harus dikelola agar dapat mempertahankan posisi terkuatnya selama mungkin.
4. Kelompok Dog (Anjing).
Dari organisasi yang memiliki pangsa pasar relatif lebih rendah dan harus bersaing dalam industri yang pertumbuhannya juga sangat rendah atau bahkan sama sekali tidak tumbuh. Mereka adalah kelompok anjing dalam portofolio perusahaan. Karena posisi internal dan eksternalnya begitu lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau bahkan dipangkas dengan retrenchment (penghematan). Saat sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment akan dapat menjadi salah satu strategi yang terbaik karena terlalu banyak anjing yang mencuat kembali, setelah terjadi pemangkasan biaya dan asset besar-besaran, maka akan menjadi bisnis yang mampu untuk bertahan dan juga menguntungkan. Semoga artikel diatas sangat bermanfaat bagi pembaca. ( Dari berbagai sumber)