Di era digital saat ini, banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang masih ragu untuk beralih ke dunia online. Keraguan ini sering kali didasari oleh berbagai mitos yang tersebar luas di kalangan para pedagang konvensional. Mitos-mitos tersebut, meskipun tidak didukung oleh fakta, justru menjadi penghalang utama bagi UMKM untuk memanfaatkan peluang besar di dunia digital. Padahal, beralih ke bisnis online menawarkan potensi pasar yang jauh lebih luas dan kesempatan untuk meraih keuntungan lebih besar.
Apa saja mitos yang sering kali dipercaya dan menghalangi UMKM untuk “go-digital”? Di artikel ini, kita akan membahas lima mitos yang paling sering terdengar dan mengapa mitos-mitos tersebut tidak berdasar. Yuk, simak lebih lanjut!
1. Bisnis Online Sulit Dilakukan
Mitos pertama yang kerap beredar di kalangan pelaku usaha tradisional adalah anggapan bahwa bisnis di dunia digital sulit untuk dilakukan. Banyak yang berpendapat bahwa menjalankan bisnis secara online memerlukan keterampilan khusus, teknologi canggih, atau pengetahuan mendalam tentang internet. Faktanya, anggapan ini sama sekali tidak benar.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, siapa pun bisa memulai bisnis online dengan mudah, bahkan hanya melalui smartphone. Ada banyak platform marketplace yang menawarkan kemudahan dalam membuka toko online tanpa biaya tambahan. Marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak memberikan fasilitas jual-beli yang sangat lengkap dan user-friendly, bahkan untuk mereka yang baru pertama kali mencoba.
Tak hanya itu, modal awal untuk memulai bisnis online juga relatif kecil dibandingkan membuka toko fisik. Selain itu, banyak fitur yang dapat diakses secara gratis, membuat proses pemasaran dan pengelolaan bisnis jauh lebih efisien. Jadi, apakah bisnis online benar-benar sulit dilakukan? Tentu saja tidak!
Baca juga : cara meningkatkan nilai retensi pelanggan melalui digital marketing
2. Harus Punya Modal Besar untuk Memulai Bisnis Online
Banyak pelaku UMKM yang berpikir bahwa bisnis digital memerlukan investasi besar, terutama untuk teknologi, pemasaran, dan logistik. Namun, kenyataannya, memulai bisnis online tidak harus mengeluarkan banyak modal. Sebaliknya, ada berbagai cara untuk memulai bisnis digital dengan modal minim, bahkan tanpa modal sekalipun.
Model bisnis seperti dropshipping dan afiliasi memungkinkan seseorang untuk menjalankan bisnis online tanpa perlu menyimpan stok barang. Dalam model dropshipping, misalnya, Anda hanya perlu menjual produk dari supplier dan supplier yang akan mengurus pengiriman barang langsung kepada pembeli. Dengan begitu, Anda bisa fokus pada pemasaran dan penjualan tanpa harus memikirkan modal besar untuk stok barang.
Selain itu, platform media sosial seperti Instagram dan Facebook juga memberikan peluang besar untuk mempromosikan produk tanpa biaya iklan yang tinggi. Jadi, mitos bahwa bisnis online memerlukan modal besar jelas tidak sesuai dengan realita yang ada.
3. Bisnis Online Dimonopoli oleh Pihak Ketiga
Ada anggapan lain yang menyebutkan bahwa pasar digital dikendalikan oleh platform besar seperti marketplace dan pelaku usaha kecil akan sulit bersaing. Padahal, marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan lainnya, justru menyediakan platform yang adil dan merata untuk semua pelaku usaha, baik yang besar maupun yang kecil.
Marketplace tidak hanya menjadi tempat berjualan, tetapi juga menyediakan banyak alat bantu untuk membantu pelaku usaha meningkatkan penjualan, seperti fitur promosi, sistem ulasan, dan pengelolaan stok otomatis. Keputusan mengenai harga jual, stok barang, dan strategi pemasaran sepenuhnya berada di tangan penjual, bukan pihak marketplace.
Memang, marketplace akan mengambil komisi dari setiap penjualan, namun persentasenya sangat kecil dan tidak akan membebani penjual. Justru, layanan yang diberikan oleh marketplace jauh lebih menguntungkan dibandingkan harus mengelola toko fisik dengan biaya operasional yang jauh lebih tinggi.
4. Harga Jual Produk Menjadi Lebih Murah di Pasar Online
Mitos lain yang cukup mengganggu adalah keyakinan bahwa harga jual produk di pasar online akan menjadi lebih murah sehingga mengurangi margin keuntungan. Pendapat ini muncul karena adanya kompetisi harga yang ketat di platform e-commerce.
Namun, sebenarnya harga jual produk sepenuhnya ditentukan oleh kebijakan penjual itu sendiri. Anda tidak perlu khawatir dengan persaingan harga jika mampu menawarkan nilai tambah pada produk atau jasa yang Anda tawarkan. Strategi seperti memberikan layanan pelanggan yang baik, menawarkan bonus atau diskon spesial, serta membangun brand yang kuat, dapat membantu Anda menetapkan harga yang kompetitif tanpa harus mengorbankan keuntungan.
Baca juga : cara membangun loyalitas pelanggan jangka panjang dengan digital marketing
Pasar digital juga memungkinkan Anda untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas, termasuk konsumen di luar daerah atau bahkan luar negeri. Dengan demikian, Anda tetap bisa mempertahankan harga yang layak dan bersaing secara sehat di pasar online.
Kesimpulan
Beralih ke bisnis digital memang masih menjadi tantangan bagi banyak pelaku UMKM, namun sebagian besar tantangan tersebut hanya didasarkan pada mitos yang tidak berdasar. Bisnis online sebenarnya menawarkan berbagai kemudahan, mulai dari proses yang simpel, modal yang minim, hingga potensi pasar yang jauh lebih besar. Tidak ada alasan lagi bagi UMKM untuk ragu go-digital. Dengan memanfaatkan teknologi dan strategi yang tepat, Anda bisa membawa bisnis Anda melangkah lebih jauh dan mencapai kesuksesan di era digital ini. Jangan biarkan mitos menghalangi langkah Anda! Apabila pembaca membutuhkan pendampingan dalam menyusun tim Digital marketing dan optimalisasi Market place. Silahkan hubungi kami di SINI. Atau email ke groedu@gmail.com. Kami siap membantu anda!