Salesman kaya ternyata berani berhutang, tapi kalau berhutang ia tidak asal saja. Ia bertanggung jawab terhadap hutangnya. Ia memiliki perhitungan tentang hutangnya, dan ia berhutang hanya untuk melakukan investasi dan sebagai sumber penggalian dana. Salesman kaya tidak berhutang demi membeli barang konsumtif dan demi untuk foya-foya seperti yang diajarkan oleh pameo yang mengatakan ”kalau masih mudah harus berfoya-foya dan tua nanti bisa masuk surga”, bukan itu yang dimaksudkan. Setiap kali ia berhutang ia memiliki hitung-hitungan yang matang. Hutang yang dilakukan seringkali landasannya adalah demi meningkatkan asset yang dimilikinya. Bukan membeli hal-hal yang justru tidak ada nilainya dimasa mendatang.
Kalau boleh dikatakan bahwa salesman kaya termasuk pekerja yang berani mengambil resiko, meskipun hasil yang diharapkan berasal dari komisi, tetapi ia memiliki keyakinan bahwa komisi akan diraihnya. Kecuali rekayasa perusahaan yang tidak menguntungkan para penjualnya. Beberapa perusahaan seringkali mengubah komposisi komisinya jika nampak para salesmannya mendapatkan komisi yang jumlahnya kian hari kian meningkat. Perusahaan seperti ini adalah perusahaan yang tidak fair, dan perusahaan yang seperti ini usianya tidak akan berlangsung lama. Kalaupun berlangsung lama, perusahaannya tidak semaju perusahaan yang tetap memegang teguh bahwa para penjual adalah ujung tombak perusahaan. Perusahaan demikian akan mengalami penurunan kinerjanya akibat orang-orang terbaiknya pergi meninggalkan perusahaan. Khoo Keng Hor & Sunny TH, pakar penjualan untuk Asia menyebutkan perusahaan yang selalu mempermainkan para tenaga penjualannya sedemikian rupa akan mengalami masa-masa sulit ketika orang-orang terbaiknya keluar dari perusahaan.
Justru perusahaan yang baik akan mendukung para penjualnya dengan menyediakan imbalan sedemikian rupa agar ia menjadi makmur karenanya. Kalau kemudian para penjual berani berhutang, mereka memiliki keyakinan bahwa mereka bisa membayar hutangnya. Untuk itu meskipun ia berani berhutang tapi ia konsekuen dengan hutangnya, memiliki perhitungan atas hutangnya, ia mendapatkan hutang hanya untuk investasi, dan hutang yang dimilikinya bertujuan untuk meningkatkan assetnya.
Konsekuensi
Mencicil hutang adalah konsekuensi bagi dirinya. Oleh sebab itu ia akan mendahulukan membayar hutang-hutangnya dibanding untuk keperluan lain. Suatu ketika penulis menawarkan produk kepada seseorang yang bergerak dalam bidang penjualan, yang menurut penulis produk itu sangat berharga baginya. Produk itu adalah buku untuk meningkatkan pengetahuan dan merupakan refrensi terkini, dan kebetulan penawarannya ada beberapa judul buku. Menurutnya ia sih membutuhkan barang itu, tetapi untuk saat ini mungkin ia tidak akan membelinya karena ada hal yang harus dibayarnya dan lebih urgent. Dalam sms-nya ia menulis ” pak untuk sementara saya membekukan semua pembelian buku berhubung ada hal lain yang lebih urgent yang harus saya bayar” saya tahu ia adalah orang yang hobbi membeli buku, dan kini ia benar-benar menghentikan sementara. Setelah saya sms balik ternyata ia baru saja membeli property dan membutuhkan dana serta cicilan awalnya.
Konsekuensi dalam membayar cicilan adalah kewajiban yang ditanggung oleh salesman kaya. Sementara itu ada beberapa salesman lain yang tidak mau berhutang karena takut tidak bisa membayar cicilan. Sedangkan salesman kaya bukan mengartikan bahwa ia dengan berat hati dalam membayar cicilan, tetapi telah memiliki kosekuensi untuk bekerja keras, mendapatkan penghasilan tambahan, dan bersedia berhemat. Bahkan ia tidak takut dengan sejumlah kewajiban yang harus ditanggungnya.
Salesman miskin selalu dihantui oleh ketidakmampuannya. Sementara itu salesman kaya sangat mantap dalam memikul konsekuensinya. Kalau ia harus bekerja keras maka ia akan bekerja sedemikian rupa agar mendapatkan komisi. Komisi yang diterimanya tentunya untuk digunakan membayar kewajibannya yaitu mencicil sejumlah angsuran. Selain itu jika komisi yang dikejarnya tidak bisa memenuhi harapan, ia sanggup untuk mencari tambahan penghasilan demi jalan keluarnya. Serta yang tidak bisa dipungkiri lagi ialah, ia mampu berhemat demi tujuan mencicil angsuran yang merupakan kewajibannya.
Memiliki perhitungan
Ia memiliki perhitungan yang tepat untuk membayar kewajibannya. Selain ia mengetahui standar yang harus dibayarkan yaitu sebesar 30% dari sejumlah penghasilannya. Ia ternyata mampu menghitung perolehan yang akan didapatnya. Ia akan menghitung komisi yang akan didapatnya setiap minggunya. Salesman kaya akan menghitung komisi yang bakal diterimanya dari jumlah penjualan yang sudah terealisasi. Serta akan menambah penjualan jika mengalami kekurangannya. Oleh sebab itu salesman kaya selalu memiliki skedule dan strategi bagaimana bisa mencapai target 100% agar bisa membayar kewajibannya.
Rahasia yang disampaikan jika ditanyakan adalah ”kejarlah target anda di minggu pertama dan usahakan bisa masuk 50% dengan cara membidik pelanggan sesuai skedule kunjungan. Kedua ulangilah mendatangi pelanggan besar (pareto) di minggu kedua untuk menambah 30% dari volume penjualan. Serta ulangilah di minggu ketiga dan keempat untuk pelanggan sesuai rute sebesar masing-masing 10% dari volume penjualan. Tambalah di minggu ke empat pelanggan pareto untuk menambah kekurangan sehingga target bisa mencapai 100%”. Rahasia ini jika dilakukan berulang-ulang, maka tidak ada seorang salesman yang takut untuk berhutang demi menggelembungkan asset.
Ia sudah bisa menghitung berapa kekurangannya agar ia mencapai target 100%. Ia selalu mengejar agar masuk target 100% dengan demikian ia akan mendapatkan komisi lebih banyak dibanding meraih di bawah 100%. Ia berani berhutang bukan karena keterpaksaan, tetapi ia sudah menghitung berapa uang yang akan didapatnya sehingga ia bisa membeli assetnya. Inilah rahasia salesman kaya.
Hutang untuk investasi
Salesman kaya berani berhutang karena demi membeli asset. Asset yang dibelinya adalah tanah produktif. Tanah produktif itu bisa sawah yang kalau diolah dapat menghasilkan panenan. Atau tanah tambak untuk berternak ikan sehingga mendapatkan hasil dari ikan. Atau membeli tanah kering yang disewakan untuk sebuah bangunan non permanen di atasnya dan kemudian disewakan. Atau asset itu bisa dalam bentuk rumah tinggal. Rumah yang dibelinya bisa disewakan atau dikos-kan. Semua asset yang dibelinya bisa memberikan hasil kepada salesman.
Selain hasil yang didapat adalah nilai investasi yang diinginkan. Jadi salesman kaya berani berhutang bukan demi membelanjakan uangnya agar habis tetapi demi investasi. Investasinya apa saja yang paling diminati oleh salesman kaya? Jelas tanah dan rumah. Selain membelinya bisa dengan cara berhutang, asset ini mudah untuk dimanfaatkan. Tanah bisa diolah dan rumah bisa disewakan atau dikos-koskan. Safir Senduk, seorang perencana keuangan keluarga dari Jakarta, juga menjelaskan bahwa apa yang dibelinya sebaiknya dapat digunakan untuk memperoleh uang, supaya investasi kita tidak sia-sia. Selain mendapatkan keuntungan di nilai investasi, juga mendapatkan uang dari hasil sewa atau mengolah tanah.
Hutang sebagai cara meningkatkan asset
Hutang merupakan suatu cara dalam meningkatkan kepemilikan terhadap suatu kekayaan. Ada suatu pesan jika ingin kaya ya harus berani berhutang. Jangan menunggu sampai memiliki uang tunai untuk membeli asset tertentu. Jika menunggu sampai memiliki uang tunai, maka akan sulit membeli asset yang harganya terus naik. Oleh sebab itu berpaling pada nilai waktu uang adalah keputusan yang tepat. Uang kita tidak akan ada nilainya jika tidak segera dibelikan benda investasi sekarang ini. Kalau mau membeli asset, jika uangnya kurang maka untuk menutup kekurangannya salesman harus berani berhutang.
Berhutang pada siapa? Syukur-syukur ada teman, saudara, atau siapa saja asal jangan rentenir, anda harus berhutang. Berhutang pada teman jika tidak konsekuen akan menimbulkan perpecahan, kepada saudara kalau tidak konsekuen juga menimbulkan perpecahan namun dua-duanya tanpa bunga. Pada pihak lain seperti rentenir, tentu saja bunganya cukup besar dan mencekik leher. Paling tepat adalah pada bank karena selain bunganya standar, anda juga bisa berunding jika terjadi macet. Paling-paling asset anda disita dan kelebihan penjualan atas asset akan diserahkan ke anda setelah dipotong bunga dan pokok pinjaman.
Kalau tidak berani berhutang, tentunya akan memperlambat anda untuk menjadi kaya. Justru dengan adanya hutang ini, seorang salesman dapat berkonsentrasi untuk memfokuskan diri terhadap kewajibannya. Jika tidak memiliki kewajiban maka salesman tidak didorong untuk terus giat mencapai targetnya. Ada orang yang hanya santai-santai saja dalam bekerja karena tidak dikejar oleh suatu kewajiban. Ada lagi orang yang merasa tidak afdol jika tidak berhutang. Menurutnya hutang adalah sebuah tantangan. Oleh sebab itu berani berhutang berarti harus berani menerima kosekuensinya yaitu kerja keras, mendapatkan penghasilan tambahan dan berani berhemat. Tetapi orang ini kemudian berhenti setelah hutangnya selesai. Ada lagi orang yang selama hidupnya terus berhutang. Bukan maksud ia berhutang karena tidak memiliki uang, atau boros tetapi ia berhutang terus karena memiliki tujuan menggelembungkan assetnya. Setelah lunas untuk satu asset, ia kemudian berhutang lagi untuk asset lain. Begitu seterusnya. Termasuk orang yang mana diri anda? Kalau pilihan yang ketiga, maka anda termasuk salesman yang kaya raya. Itulah rahasianya! Jadi berani berhutang, tapi…tapi harus konsekuen dengan hutang-hutangnya!